Tim Prefektur Ehime Tengah Memaparkan Data yang Ditemukan di Lapangan.

Coolturnesia - Gorontalo - Satu hari setelah turun lapangan mengumpulkan data pertanian, ahli pertanian dan tim Prefektur Ehime, Jepang, berdiskusi dengan Bidang Tanaman Pangan, Bidang Hortikultura, Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Pertanian, di Aula Kantor Dinas Pertanian Provinsi Gorontalo. Mereka memaparkan data-data hasil temuanya di lapangan. Rabu, 4 Desember 2024.

Tim tersebut dipimpin oleh Deputy Sales Manager Industrial Policy Ehime Sales Headquarter, Tomita Keisuke. 

Pada kesempatan tersebut, salah satu ahli pertanian Ehime, Suguru Inari, menjelaskan berbagai jenis hama penyakit tanaman dan cara-cara mengatasinya, serta perlakuan pada tanaman padi, sehingga beras yang dihasilkan berkualitas sesuai harapan. 

Menurut Suguru, selain penanganan hama penyakit tanaman sejak dini, budidaya padi dan perlakuan terhadap padi hingga penggilingan, sangat berpengaruh pada kualitas beras yang dihasilkan petani. Kualitas tersebut berkaitan dengan jumlah patahan bulir beras.

“Menurut penelitian kami, masa panen dan kematangan padi berpengaruh besar pada kualitas padi, jika terlalu matang, bulir beras akan patah-patah saat digiling,” terang Suguru. 

“Kadar air ideal pada gabah siap giling, sekitar 13 - 14 persen,” imbuhnya. 

Sementara itu, Kepala dinas Pertanian Provinsi Gorontalo, Muljady D. Mario, yang membuka kegiatan tersebut meminta seluruh peserta, untuk serius mengikuti pemaparan tim dari Prefektur Ehime, dan mengambil ilmu yang dibagikan. Di mana hal itu nantinya dapat diterapkan di Gorontalo.

“Manfaatkan ini, karena mereka (tim Prefektur Ehime) adalah ahli di bidangnya masing-masing,” ujar Muljady.

Sambungnya, meski ekosistem antara Jepang dan Gorontalo memang berbeda, namun bicara soal hama penyakit serta cara perlakuan pada tanaman pertanian, secara keilmuan bisa dibilang sama.

Muljady mengakui, terkait kualitas beras yang dihasilkan, Jepang lebih maju dengan dukungan teknologi yang juga lebih maju. Kadis Pertanian Provinsi Gorontalo itu mengungkapkan, pihaknya kini tengah berupaya mengubah budaya para petani yang menanfaatkan penggilingan sebatas jasa gilingan. 

“Kita berupaya mendorong, petani menjual putus ke penggilingan, sehingga pemilik penggilingan memiliki tanggung jawab penuh dengan gabah yang dia kuasai, sehingga harapannya beras yang dihasilkan penggilingan menjadi lebih bagus,” ungkap Muljady menerangkan. 

Kepala Dinas Pertanian Provinsi Gorontalo, Muljady D. Mario, menyadari mengubah budaya dan pola pikir petani tidaklah mudah. Karena itu aksi perubahan yang dilaksanakan Kepala Bidang Tanaman Pangan, Dinas yang dipimpimnya, Mohammad Ridwan Matoka, Simpati Padi, diarahkan untuk mempercepat hal tersebut.

“Kalau ini bisa diubah, Insya Allah mudah kita mendorong peningkatan kualitas beras dan pendapatan petani maupun pemilik gilingan,” harap Muljady D. Mario.(*as)

0 Comments

Leave A Comment