Coolturnesia - Gorontalo - Perkumpulan Biodiversitas Gorontalo (BIOTA) melakukan sensus burung air atau Asia Asian Waterbird Census (AWC) di Danau Limboto Gorontalo. Minggu, 16 Februari 2025. AWC merupakan kegiatan tahunan dengan basis jaringan kerja yang bersifat sukarela, bagian dari International Waterbird Census (IWC) yang bersifat global.
Sensus burung air Asia tersebut bertujuan, untuk mendukung pemutakhiran data, serta peningkatan kapasitas dan penyadartahuan masyarakat, terkait nilai penting burung air dan habitatnya.
Sensus di danau Limboto dimulai pada pukul 06.00 Wita, peserta melakukan identifikasi jenis burung, dengan menggunakan teropong dan buku lapangan. Mereka dipandu oleh pegiat lingkungan yang sudah berpengalaman mengamati burung air.
Tidak mudah bagi peserta yang baru pertama kali mengikuti kegiatan itu, terutama mengenali ragam jenis burung air. Dalam sensus burung, para peserta juga dilatih untuk menghitung jumlah individu setiap jenis burung.
“Para peserta sangat antusias terlibat dalam sensus ini. Kami mendampingi mereka untuk mengamati dan memastikan jenis burung,” kata Anggota Perkumpulan BIOTA, Idham Ali.
“Kami menemukan berbagai jenis burung di danau, tidak hanya burung air saja. Semuanya kami catat sebagai pelaporan,” sambung Idham.
Dia mengutip informasi dari Koordinator Nasional AWC Indonesia, sensus burung di Danau Limboto dan juga kegiatan serupa di Indonesia, menjadi salah satu perangkat bagi upaya konservasi burung air serta lahan basah sebagai habitatnya.
Kegiatan itu berkolaborasi dengan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Gorontalo, The Society of Indonesian Environmental Journalist (SIEJ) Simpul Gorontalo, Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Kelompok Studi Lingkungan Archipelago dan Persma Akurat Fakultas Teknik Universitas Negeri Gorontalo.
Data dan informasi hasil sensus, kemudian digunakan sebagai rujukan estimasi populasi burung air secara global, maupun untuk keperluan pengelolaan di tingkat nasional/lokal, tidak kurang dari 5 juta km persegi. Status sejumlah 871 jenis burung air dikaji secara ilmiah untuk menentukan kegiatan pengelolaannya.
Di Indonesia, data mengenai populasi digunakan sebagai acuan untuk pengelolaan beberapa Taman Nasional penting, penentuan lokasi penting untuk Konvensi Ramsar dan East Asian Australasian Flyway Partnership, serta penentuan status jenis-jenis yang dilindungi.
Sejak tahun 1986, Wetlands International Indonesia/Yayasan Lahan Basah telah mengoordinasi pelaksanaan program Asian Waterbird Census (AWC) di seluruh Indonesia.
Pada tahun 2025, kegiatan citizen science AWC Indonesia secara bersama-sama diselenggarakan oleh Kementerian Kehutanan, Wetlands International Indonesia/Yayasan Lahan Basah, Yayasan Ekologi Satwa Alam Liar Indonesia, Perhimpunan Pelestarian Burung Liar Indonesia, Burungnesia, dan Burung Laut Indonesia.
Idham Ali mengungkapkan sensus itu mendapatkan data jenis burung, yaitu bondol (Haliastur indus), perkutut jawa (Geopelia striata), kutilang (Pycnonotus aurigaster), burung gereja (Passeridae), kerakbasi (Acrocephalus bistrigiceps), kirik-kirik laut (Merops philippinus), dara laut (sterna sp), tikusan alis putih (Poliolimnas cinereus), blekok sawah (Ardeola speciosa), kuntul kecil (Egretta garzetta), bambangan hitam (Ixobrychus flavicollis), bambangan kuning (Ixobrychus sinensis), bambangan coklat (Ixobrychus eurhythmus).
Data hasil penghitungan AWC dari seluruh partisipan di Indonesia digunakan sebagai rujukan estimasi populasi burung air, atau keperluan pengelolaan dan penelitian sains warga (citizen science) lain yang relevan, khususnya bagi kontributor data, dengan mengedepankan etika penelitian, prinsip kontribusi-kesukarelaan dan profesionalitas.
Secara nasional penyelenggara Asian Waterbird Census Indonesia 2025 adalah Direktorat Konservasi Keanekaragaman Hayati Spesies & Genetik Kementerian Kehutanan, Wetlands International Indonesia (Yayasan Lahan Basah), Perhimpunan Pelestarian Burung Liar Indonesia (Burung Indonesia), Yayasan Ekologi Satwa Alam Liar Indonesia (Yayasan EKSAI - Monitoring Burung Pantai Indonesia), Burungnesia (Birdpacker), dan Burung Laut Indonesia (BLI - Seabirds Indonesia).(*rls)
Nasib Tenaga Honorer Non-Database di Kabupaten Gorontalo Disorot, DPRD Desak Pemerintah Cari Solusi