Salah seorang warga di Desa Bongo, Yohan Arbie sedang menata kue kolombengi dan sukade pada toyopo atau tolangga kecil, Jumat (5/9).

Coolturnesia - Kabupaten Gorontalo - Warga mulai melakukan persiapan perayaan tradisi walima untuk memperingati maulid Nabi Muhammad SAW dengan memasak kue Kolombengi di Desa Bongo, Kecamatan Batudaa Pantai, Kabupaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo, Jumat.

"Pada perayaan ini ada dua yang harus kita siapkan, yakni kesiapan fisik dan kesiapan pembuatan walima atau tolangga sebagai bentuk perayaan," kata salah seorang warga, Yohan Arbie di Gorontalo.

Yohan mengatakan, pada persiapan perayaan walima ini, mereka menyiapkan 2.250 biji kue Kolombengi atau 15 bak telur ayam, ditambah 30 kilogram gula dan 15 kilogram terigu.

Ia menjelaskan perayaan Maulid nabi ini, pada mulanya menggunakan hasil kebun atau pertanian untuk dibawa ke masjid dan diberikan kepada warga yang datang melakukan zikir atau dikili.

Kemudian, kata dia, karena hasil pertanian terlalu besar dan berat untuk dibawah pulang, akhirnya diganti dengan menggunakan kue basah. Namun, karena kue basah tidak bertahan lama, maka para orang terdahulu berinisiatif membuat kue Kolombengi atau kue kering dan Kue Sukade yang tahan lama.

"Dalam maulid nabi itu, wadah atau tempat yang kita bawa ke masjid itu namanya Walima atau Tolangga, isianya selain ada kue-kue tradisional, juga diisi dengan Nasi Kuning, Nasi Bilinti, Nasi Merah, Ayam Goreng Utuh dan telur ayam," kata dia

Kata Yohan setelah Tolangga yang diisi dengan berbagai macam makanan akan diarak ke masjid, di Doa dan dibagikan kepada warga yang melakukan dzikir atau dikili. Hal ini sebagai bentuk kecintaan mereka kepada Nabi Muhammad SAW.

Sebelum penggunaan Tolangga kata dia, awalnya mereka hanya menggunakan lilingo atau anyaman dari daun kelapa yang masih muda, kemudian munculah Toyopo yang merupakan bambu kecil yang dibelah empat kemudian di tancapkan di atas Lilingo. Toyopo yang artinya kecil dan mengerucut. Mengerucut yang artinya hanya mengharap ridho Allah SWT.

“Tolangga pada awalnya hanya dibuat oleh kepala desa dan diarak ke mesjid dengan menggunakan tarian langga, yang berarti toyopo yang diarak menggunakan tarian langga atau Tolangga,” tambah dia.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

0 Comments

Leave A Comment