Sejumlah Bulotu (perahu tradisional Danau Limboto). Foto Rosyid Azhar

Coolturnesia - Gorontalo - Bagi para orang tua yang sempat melihat proses pembuatan bulotu atau perahu tradisional  di Danau Limboto pada masa lalu, pasti akan memiliki kenangan tersendiri.

Proses pembuatannya memang unik, dipenuhi tradisi leluhur yang menghargai dan mengutamakan harmoni alam. Mulai proses penebangan pohon hingga membuat perahu utuh dari satu batang.

Secara fisik perahu yang digunakan para nelayan Danau Limboto menggunakan kayu utuh yang dibentuk menjadi perahu, bagian tengah kayu dihilangkan, demikian juga bagian luarnya, sehingga membentuk perahu utuh tanpa sambungan kayu.

“Tradisi membuat perahu tradisional Gorontalo di tepi Danau Limboto ini dinamakan momunggata,” kata Romy A Isa, Sekretaris Camat Tilango, Kabupaten Gorontalo, sehari setelah rapat persiapan penyelenggaraan Festival Pesona Danau Limboto (FPDL). Rabu (12-06-24).

Dia menjelaskan, bahan baku perahu itu dari kayu besar. Pohon yang akan ditebang merupakan pohon terpilih dari sisi kualitas. Penebangannya melalui ritual khusus. Sebelum dipotong, warga melakukan upacara, membakar kemenyan dan  berdoa meminta izin kepada Tuhan (Eya) untuk menebang pohon yang akan digunakan sebagai perahu.

“Tetua desa berdoa sebelum menebang pohon, memohon restu Tuhan untuk membuat perahu,” tutur Romy.

Setelah menebang pohon yang terpilih, sejumlah tukang akan membuat bulotu melalui perhitungan hari baik. Proses ritual pembuatan perahu itu menjadi bagian penting tradisi masyarakat Gorontalo. 

Melalui proses itu akan didapat perahu dengan bahan kayu yang berkualitas, menjaga harmoni alam dan melibatkan Tuhan dalam setiap kegiatan manusia.
Romy mengakui tradisi itu sudah mulai berkurang. Namun di sejumlah daerah di Gorontalo masih mempertahankannya. Ia berharap melalui Festival Pesona Danau Limboto dapat melestarikan tradisi tersebut.

“Festival Pesona Danau Limboto ini mendorong kami untuk mencintai tradisi warisan leluhur, kami berharap dapat mengajukan tradisi momunggata ini masuk dalam warisan Budaya tak benda Indonesia,” tutur Romy.

Menariknya, meskipun proses tradisi momunggata itu relatif sama di sejumlah daerah di Gorontalo, adaptasi penggunaan bulotu di laut dan di Danau Limboto terdapat perbedaan. Bentuk Bulotu nelayan di laut lebih ramping dan berbentuk kerucut pada bagian bawah, sedangkan bentuk bulotu yang digunakan nelayan Danau Limboto pada bagian badan bulotu tidak berbentuk kerucut.

Festival Pesona Danau Limboto menginspirasi banyak pihak untuk menggali kembali tradisi leluhur masyarakat Gorontalo. Sebuah warisan yang penuh makna dan pesan untuk mencintai dan melestarikan alam dan budaya.

Bentuk bulotu yang unik itu juga dicatat oleh Carl Benjamin Hermann von Rosenberg seorang naturalis Belanda asal Jerman, saat menikmati perjalanannya ke Ayer-Panas melalui danau Limboto pada tahun 1863.

Bulotu yang dinaiki Rosenberg (ia menulis dengan kata Blotto) memiliki panjang 10 hasta atau sekitar 4,5 meter dan lebarnya satu setengah hasta atau sekitar 50 centimeter. Bulotu itu utuh dari sebatang pohon tanpa sema-sema atau cadik. Di dalam perahu diletakkan potongan bambu sebagai dek. Sebuah kursi panjang diletakkan di atasnya. 

Rosenberg menuliskan di atas bulotu dihiasi daun woka, karangan bunga dan aneka kain yang berkibar. Enam orang pendayung dan seorang juru mudi menjaga agar perahu tetap melaju. Mereka menggunakan tiang dan dayung yang panjang, tiang digunakan untuk mendorong perahu dari buritan, sementara enam orang terus menggerakkan dayungnya. 

Pada pukul 08.30 Wita, rombongan Rosenberg sudah sampai di titik pertemuan Sungai Tapa dengan kanal Danau Limboto di Desa Potanga.  Melalui kanal itu rombongan melanjutkan perjalanan lebih jauh memasuki Danau Limboto, mereka tiba pada pukul 09.15 Wita.

Rosenberg sangat berkesan saat melalui kanal Danau Limboto, ia melihat pemandangan kanan kiri yang sangat indah, setiap kelokannya menawarkan pesona tersendiri. Ia menilai kanal itu telah membantunya menghemat waktu. Rosenberg juga terpukau pemandangan di sisi kirinya, sebuah bukit yang menjulang mememani sepanjang kanal hingga ke danau.

Kisah bulotu perahu tradisional Danau Limboto itu menggugah banyak orang untuk berkreasi dalam memudahkan aktivitas masyarakat, melakukan konservasi tradisi dan lingkungan agar tetap bermanfaat sepanjang masa. 

Di Festival Pesona Danau Limboto 2024 semua pihak berkolaborasi menjadikan salah satu Karisma Event Nusantara (KEN), sebagai festival terbesar di Provinsi Gorontalo yang sarana konservasi alam dan budaya.

 

0 Comments

Leave A Comment